Minggu, 12 Juni 2016

NASIONALISME, ISLAMISME DAN MARXISME

Pemberontakan Nasional tahun 1926-1927, yang dipimpin oleh PKI dapat ditindas oleh kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia. Namun demikian, pemberontakan nasional pertama dalam zaman imperialis ini mempunyai peranan menggoncangkan sendi-sendi kekuasaan Kolonial Belanda.
Rakyat mendapatkan pengalaman bahwa bila kekuatan dipersatukan dan dipimpin dengan baik, maka kekuasaan kolonial Belanda pasti dapat ditumbangkan. Karena itu, walaupun pemerintah kolonial Belanda dapat menindas pemberontakan dan merusak organisasi PKI dengan teror putihnya, rakyat tidak menjadi takut dan bertekuk lutut karenanya, tetapi terus melakukan perjuangan. Semangat Revolusioner tetap menyala.
Pki ditindas, tetapi organisasi rakyat yang lain muncul untuk melanjutkan perjuangan. Dalam bulan Juli 1927 lahirlah Partai Nasional Indonesia. PNI adalah suatu partai dari kaum nasionalis-kiri, lahir sebagai suatu kelanjutan dari perkembangan organisasi kaum terpelajar Indonesia yang di Bandung bernama Algemene Studieclub. Dalam Algemene Studiclub ini terhimpun kaum intelektual progresif, yang dipimpin oleh seorang ininyur muda, Soekarno. Juga terhimpun seorang pejuang yang berpengalaman, seorang Demokrat besar, Dr. Tjipto Mangunkusumo.

Kehendak merdeka dari rakyat Indonesia, serta semangat berjuang menumbangkan kekuasaan pemerintah kolonial Belanda mempengaruhi kaum intelektual progresif. Apalagi di Bandung yang pada waktu itu menjelang meletusnya pemberontakan nasional 1926-1927 merupakan pusat kegiatan PKI yang sudah tentu meninggalkan bekas yang mendalam pada diri kaum intelektual progresif itu. Karena faktor inilah maka oleh sementara kaum intelektual yang tergabung dirasa perlu adanya suatu partai politik yang sanggup dan maju kedepan dan sanggup memperjuangkan tuntutan rakyat serta hasrat Indonesia.

Untuk mewujudkan ide ini, pada bulan April 1927 didirikan suatu komite persiapan. Komite ini terdiri dari Ir. Soekarno, Mr. Isaq Tjokrohadisurjo, Dr. Mangunkusumu, Ir. Anwari, dan Mr. Sunarjo. Atas usaha komite ini pada tanggal 4 Juli 1927 berdirilah suatu partai yang pada mulanya menggunakan nama Perserikatan Nasional Indonesia, dan dalam kongresnya yang pertama pada tanggal 27-30 Mei 1928 di Surabaya, namanya diubah menjadi Partai Nasional Indonesia. pengurusnya antara lain terdiri dari, Ir. Soekarno, sebagai Ketua; Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo sebagai sekertaris/keuangan; Dr. Samsi Sastrowidagdo sebagai sekertaris, dengan anggota-anggotanya terdiri dari Mr. Santono, Mr. Surjo, Ir. Anwari, dan sebagainya.
Tentang berdirinya PNI ini, Ir. Soekarno dalam bukunya, Sarinah, menyatakan sebagai berikut :
”Imperialisme Belanda pada waktu itu baru saja mengamuk tabularasa di kalangan kaum Komunis. Kaum komunis Indonesia dan Serekat Rakyat dipukulinya dengan hebat, ribuan pemimpinnya dilemparkan dalam penjara dan dalam pembuangannya di Boven Digoel. Untuk meneruskan perjaungan revolusioner, saya mendirikan Partai Nasional Indonesia.”
Dalam kongresnya tanggal 14 Juli 1927 di Bandungm di samping mengadakan tuntutan untuk menghapuskan tempat interniran Digul, juga mengajukan tuntutan Indonesia Merdeka, menjalankan sikap non-koperasi dan massa-aksi, dan lain-lain. Juga dalam konres berikutnya, yaitu pada bulan mei 1928, PNI mengambil putusan-putusan yang radikal. Pada bulan Maret 1929 diadakan konferensi daerah Solo, dan pada bulan Mei 1929 diadakan Kongres II di Jakarta. Pidato-pidato dalam Kongres ini juga mengecam sikap gubernur Jendral.
Sementara kesadaran nasional dari Pemuda-pemuda juga terus meningkat. Ide Revolusioner makin merusak dalam kalangan gerakan pemuda. Sebagai pernyataan dari pengruh ini tampak jelas pada manifestasi Kongres Pemuda tahun 1928, yang mengesahkan Sumpah Pemuda, tiga sumpah ini dibarengi pula dengan 3 putusan Kongres yaitu :
menetapkan lagu indonesia Raya gubahan Komponis W.R Supratman sebagai lagu kebangsaan.
menetapkan bendera Merah-Putih sebagai bendera persatuan dan kebangsaan.
menetapkan unitarisme sebagai kesatuan bulan persatuan bangsa Indonesia.

Sumpah Pemuda yang bersejarah ini adalah manifestasi sadar tentang bernasion satu dari nasion Indonesia. perkembangan progresif dari bersatunya suku bangsa di Indonesia mempunyai perkembangan sejarah ke arah satu nasion. Sumpah pemuda melenyapkan rasa berpulau dan berdaerah yang terpisah dan mengasingkan diri. Ia mengandung rasa senasib dan sependeritaan di bawah Kolonialisme, yang melahirkan suatu tujuan Indonesia Merdeka.
Dalam tahun 1929, pemerintah kolonial Belanda dalam Dewan Rakyat (Volksraad) telah memberikan peringatan pada gerakan-gerakan nasional yang makin menghebat dan yang mengajukan tuntutan Indonesia lepas dari Negeri Belanda. Pada tanggal 25 September 1929, PNI juga mengadakan rapat umum, dimana Ir. Soekarno menjadi pembicaranya. Pada tanggal 29 Desember 1929, diseluruh Jawa diadakan penggeledahan dan pengangkapan-penangkapan. Piemimpin-pemimpin PNI ditangkapi, dan delapan orang diantaranya Ir. Soekarno pada tanggal 18 Agustus 1930 diajukan dimuka pengadilan. Sewaktu dihadapkan di depan pengadilan Bandung, Ir. Soekarno dalam pidato pembelaannya telah mengubah suasana, dari tertuduh menjadi seorang penuduh. Pidato pembelaan yang diberi judul Indonesia Menggugat telah dapat menjiwai perjuangan rakyat Indonesia. pada tanggal 25 Desember 1930, mereka menjatuhkan hukuman penjara 1 tahun 4 bulan sampai 4 tahun. PNI dilarang berdiri. Oleh karena itu pada permulaan April 1913, oleh pimpinan-pimpinannya yang tidak ditangkap, PNI dibubarkan. Kemudian sebagai gantinya, didirikan Partindo (Partai Indonesia) pada tanggal 30 April 1931.
Sesudah gerakan kaum nasionalis-kiri ini dipukul oleh pemerintah kolonial, terbuklah kesempatan baru bagi gerakan nasionalis-kanan dan reformis untuk menyebarkan panji-panji khianat perjuangan.

Perjuangan rakyat Indonesia terus menggelora, partindo dan pendidikan nasional juga tidak mudah bergerak. Namun demikian, kedua organisasi politik ini juga dapar menghimpun massa luas. Adapaun juga bergerak hanya apa yang oleh pemerintah kolonial Belanda dinamakan Sekolah Liar. Tetapi pemerintah kolonial juga takut akan perluasan sekolah Liar itu, pda tahun 1932 dikeluarkan suatu peraturan yang terkenal busuknya, yaitu wilde scholen ordonantie. Undang-undang ini dilawan oleh rakyat dengan satu demonstrasi di bawah pimpinan K.H. Dewantoro, pemimpin pendidikan Taman Siswa. Juga terjadilah dalam bulan Februari 1933, pemberontakan anak kapal Zeven Provincien, yang mendapat sambutan hangat dari kaum buruh di banyak negeri. Peristiwa ini adalah pemberontakan bersenjata yang timbul dalam angkatan bersenjata Belanda. Pemberontakan ini memberi angin segar bagi gerakan nasional, khususnya kelas buruh, karena ia memperlihatkan ketegaran berjuang dari rakyat pekerja Indonesia dan sekaligus memperlihatkan Internasionalisme proletar antara kelas buruh Indonesia dan Belanda yang berjuang melawan musuh bersama, klekuasaan kolonial Belanda.
Sementara itu Ir. Soekarno pada tahun 1932 dibebaskan seteah menjalani hukumannya 2 tahun. Lalu menggabungkan diri ke Partindo. Karena itu pada tanggal 1934 sekali lagi diadakan penangkapan-penangkapan. Ir. Soekarno dan beberapa pemimpin lainnya ditangkap dan kemudian diunterir ke Flores dan dipindahkan ke tempat lain hingga Belanda menyerah kepada Jepang. Gerakan nasional rakyat Indonesia sekali lagi dilumpuhkan oleh pemerintah Kolonial Belanda.
Walaupun secara organisasi PKI rusak akibat penenidasan terhadap pemberontakan 1926-1927, namun kader-kader dan anggota PKI tak juga menghentikan kegiatannya. Mereka dengan sadar memasuki berbagai organisasi massa yang dikemungkinkan oleh keadaan antara tahun 1927-1932. Kader-kader partai dan sementara anggota bekerja dengan inisiatif sendiri-sendiri memasuki PNI. Mereka berjuang dibawah panji-panji kaum nasionalis, tetapi bekerja dengan metode komunis. Pandangan-pandangan Marxis menjiwai doktrin-doktrin politik PNI yang antara lain Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme, definisi Marhaenisme, definisi nasion Indonesia dengan lahirnya sumpah pemuda, pidato pembelaan Bung Karno, dan banyak tulisan-tulisan polemik di suratkabar-surat kabar nasional.

Soekarno sebagai salah seorang tokoh dari sayap kiri pergerakan nasional yang akhirnya menjadi seorang juru pemersatu rakyat Indonesia, dapatlah dikemukakan beberapa fakta sejarah kegiatan politiknya, sebagai berikut : masa pemudanya sebagai mahasiswa, pandangan politiknya telah diisi dengan mendapatkan indoktrinisasi Marxisme langsung dari praktik-praktik revolusioner proletariat yang dipimpin ISDV/PKI selama bertahun-tahun 1914-1926. Soekarno mempelajari pidato pembelaan Sneevliet di pengadilan semarang tahun 1917. Soekarno menulis tahun 1926 tentang perlunya persatuan antara 3 aliran politik yang pokok di Indonesia, yaitu Nasionalisme, Islamisme, dan marxisme. Tentang marxisme diakuinya sebagai suatu gejala sejarah yang konkret dan riil dalam kehidupan politik di Indonesia, terbukti dengan kegiatan besar PKI selama tahun 1920-1926. Soekarno bukan hanya diindroktinisasi olej Marxisme saja, tetapi juga oleh nasionalisme dari 3 tokoh, Douwes Dekker, Tjipto, dan Suwardi Surjaningat. Dan bukan oleh nasionalisme saja, tetapi juga oleh islamisme Tjokroaminoto. Antara tahun 1926-1933, aspek Marxisme sangat mempengaruhi Soekarno. Dan pada tahun-tahun akhir pembuangannya tahun 1939-1942 sebelum masuknya fasis Jepang, Bung Karno banyak menulis tentang soal-soal agama Islam. Keadaan ini telah memungkinkan dia melahirkan konsepsi politik Pancasila pada tahun 1945. Dengan Pancasila ini Bung Karno telah menjadi seorang juru pemersatu yang terkemuka dari rakyat Indonesia. dengan demikian, Pancasila adalah produk sejarah pergerakan yang mempunyai potensi progresif, karena dapat mempersatukan kekuatan-kekuatan yang anti-Imperialis.

TERKINI