Oleh : Randy Fatra
Suara Lamsel - Pernyataan yang diungkapkan para generasi muda karena melihat suatu keadaan kota kecil, yaitu kota kalianda yang merupakan ibu kota Kabupaten Lampung Selatan.
Suara Lamsel - Pernyataan yang diungkapkan para generasi muda karena melihat suatu keadaan kota kecil, yaitu kota kalianda yang merupakan ibu kota Kabupaten Lampung Selatan.
Tulisan ini bermaksud mengajak kawan-kawan untuk menanggapi
tentang sebuah kalimat singkat yang sering terdengar ataupun pernah terucap dari
bibir anda?
Kalianda Gitu-gitu Aja, mengartikan sebuah bentuk kekecewaan generasi muda akan keadaan yang terjadi di lampung selatan, melahirkan suatu pertanyaan tanpa ada jawaban yang rasional, pasrah dengan keadaan atau menghindar dari keadaan
tersebut dijadikan sebuah pilihan.
Melihat maksud dari kalimat tersebut dapat menampilkan
keadaan objektif tentang Lampung Selatan kedepan. Kalianda Gitu-gitu Aja sudah diucapkan secara berulang-berulang selama
bertahun-tahun, kini telah berubah menjadi kebiasaan dikalangan generasi muda,
kemudian melahirkan sebuah keadaan yang tidak akan pernah berubah di Lampung
Selatan.
Berarti stagnasi yang terjadi di Lampung Selatan saat
ini dipengaruhi oleh kebiasaan para generasi muda, salah satunya kebiasaan
dengan mengatakan kalianda gitu-gitu aja.
Kenapa bisa begitu?
Hal tersebut bisa dijelaskan dengan melihat dasar dari ungkapan tersebut, tapi Jika melihat ungkapan tersebut hanya sebagai pernyataan, maka tidak akan menemukan penjelasan dengan rasionalisasi yang konkrit.
Berawal dari generasi muda yang melihat keadaan kota Kalianda, dalam kurun waktu tertentu tidak mengalami perubahan seperti fasilitas pendidikan, infrastruktur dan kesempatan kerja yang tidak memadai. Keadaan tersebut mengharuskan dirinya mencari tempat diluar dari lampung selatan, dimana dapat menemukan suatu keadaan seperti yang diiinginkan.
Implementasi dari kondisi yang dialami menghasilkan sebuah pernyataan “Kalianda Gitu-gitu Aja” Pernyataan simple tentang rasa kecewa karena melihat keadaan kota kalianda sehingga pasrah pada keadaan, kemudian akan disampaikan kepada para regenerasi dalam waktu yang cukup lama sehingga menjadi suatu kebiasaan yang didengar dan diucapkan para generasi muda. Kebiasaan tersebut menjadi doktrin kedalam pola pikir para generasi muda untuk membenarkan tentang keadaan kota kalianda tidak akan pernah berubah dan tidak akan bisa dirubah, membuat para generasi muda untuk memilih menghindar dari keadaan karena tidak bisa berbuat dan tidak tau apa yang harus diperbuat. Kebiasaan tersebut menjadi tradisi bagi para generasi muda yang terjadi beberapa tahun lalu, hingga sampai detik ini.
Keadaan tersebut membuat para regenerasi muda tidak perduli dengan apa yang akan terjadi dilampung selatan, dan akan terus menerus mengucapkan “Kalianda Gitu-gitu Aja” tanpa disadari bahwa itulah salah satu faktor yang menyebabkan tidak adanya perubahan dilampung selatan. Untuk itu kebiasaan tersebut harus hilang dari pola pikir generasi muda karena menghambat perubahan, yang harus dilakukan adalah menciptakan sebuah kebiasaan baru bagi para regenerasi yang peduli dan cinta lampung selatan.
Para generasi muda yang berada diluar daerah harus
mampu membantu untuk mewujudkan suatu keadaan yang lebih baik, karena para
generasi yang terdahulu yang menciptakan kebiasaan tersebut sudah menjadi
seorang yang memiliki keahlian dalam bidangnya masing-masing dan menjadi
tanggung jawab baru dalam menjadikan rasa kekecewaan tersebut tidak menghantui
para regenerasi seterusnya.
Kebiasaan menjadi tradisi yang menghambat kemajuan
tersebut bukanlah kemauan para penciptanya, melainkan terbentuk karena melihat
sebuah keadaan. Berarti tidak menyalahkan tentang siapa yang mengungkapkan, ketika kita
memandang hal ini suatu kesalahan maka tidak akan menemukan sebuah solusi untuk
menciptakan keadaan yang baik untuk lampung selatan.
Kebiasaan yang timbul dari suatu keadaan akan mudah
diterima generasi muda yang kemudian akan menjadi sebuah tradisi. Untuk menciptakan keadaan tersebut adalah
tanggung jawab para generasi muda lampung selatan.
“Kalianda
Gitu-gitu Aja” kalimat tersebut harus dihilangkan dari pola pikir
generasi muda dengan menciptakan suatu kebiasaan baru dengan memberikan jawaban
dari ungkapan tersebut “Kalianda wadah bagi para generasi muda”. Kalimat tersebut akan mewakili para generasi muda dalam
menciptakan keadaan yang lebih baik kedepan. Kalimat tersebut tidak akan
mengubah lampung selatan secara praktis, namun sebagai salah satu faktor dalam
menciptakan keadaan objektif yang baru.
Lampung Selatan merupakan Kabupaten tertua di Provinsi
Lampung namun masyarakatnya masih sangat jauh dari kata sejahtera, hal tersebut
dipengaruhi dari berbagai faktor kebiasaan yang terjadi lampung selatan.
Pemerintah daerah yang berjalan berdasarkan undang-undang, merupakan pemegang
kekuasaan yang paling dominan dapat menciptakan suatu kebiasaan, namun realitanya,
Lampung Selatan hanya dijadikan sebagai ladang penghasilan untuk menumpuk
kekayaan pribadi oleh para pemegang kekuasaan, sehingga penciptaan sebuah kebiasaan
bukan untuk memperbaiki melainkan memperparah.
Tetaplah bertahan kawan mari bersama-sama berkembang dan berdialektika dalam memperbaiki lampung selatan, kemajuan suatu daerah bergantung dengan pola pikir para generasi muda...
Tetaplah bertahan kawan mari bersama-sama berkembang dan berdialektika dalam memperbaiki lampung selatan, kemajuan suatu daerah bergantung dengan pola pikir para generasi muda...