Oleh: Randy Fatra
Suara Lamsel, Beberapa kandidat bertarung untuk mendapatkan posisi yang strategis dengan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan perhatian publik.
Suara Lamsel, Beberapa kandidat bertarung untuk mendapatkan posisi yang strategis dengan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan perhatian publik.
Individu yang
tidak pernah tahu dengan keadaan obyektib didaerah tersebut mulai
bertarung memperebutkan posisi kepala daerah tanpa memperhatikan dan
menganalisa terlebih dahulu adat budaya, ekonomi, sosial dan politik
didaerah tersebut.
Sehingga hasil
pertarungan tersebut menghasilkan seorang pemimpin yg haus akan
kekuasaan, rakyat dipaksa untuk beradaptasi dengan individu-individu
yang antah berantah asalnya. Diperparah dengan sistem pemerintahan yang
bobrok...
Kekuatan
otoriter pemerintahan soeharto 32 tahun berkuasa kini berubah wujud,
proses dialegtis yang selalu dinamis dengan mengatasnamakan demokratik
namun dalam perjalanannya benih-benih otoriter tetap tumbuh dan berbuah
didalamnya. Kultur politik yang negatif bersifat manipulatif terus
berkembangbiak ditatanan pemerintah sampai ditingkatan yang paling
rendah.
Lampung Selatan
terbilang memiliki usia yang cukup dewasa namun dalam perjalanannya ada
sebuah realita terpampang jelas yang bisa kita lihat dengan kasat mata
bahwa tidak terlihat sedikitpun kemajuan di Lampung Selatan.
Kemajuan yang
dilihat bukan dari konteks bangunan yang megah, gedung tinggi ataupun
monumen yang indah namun kemajuan dalam tingkat kesejahteraan rakyatnya,
untuk apa rumah sakit mempunyai fasilitas yang megah tapi masyarakatnya
tidak bisa berobat karena mahalnya biaya berobat, apa gunanya sekolah
mewah tapi banyak anak-anak putus sekolah karena mahalnya biaya
pendidikan,
Dan untuk apa
pembangunan infrastruktur kota yang modern jika infrastruktur jalan di
desa-desa tidak bisa terakses karena kondisi jalan rusak parah serta
untuk apa adanya perusahaan jika gaji buruhnya kecil yang hanya cukup
untuk makan.
Tak bisa
membiayai sekolah anak, dan berobat kedokter. Kemajuan yang dipaksakan
dengan konteks pembangunan kota modern hanya akan menambah tingkat
kemiskinan dan bertambahnya jumlah pengangguran sehingga menjauhkan
masyarakat dari kata sejahtera.
Masyarakat tak
butuh kota modern, yang mereka butuhkan adalah keadilan, petani butuh
pupuk bersubsidi yang tidak langka, butuh bibit yang murah dan ketetapan
harga hasil pertanian, buruh (buruh pabrik, karyawan toko, guru,
jurnalis, dan penghasilan
masyarakat yang diupah) butuh gaji yang cukup guna menghidupi
keluarganya, para pengrajin butuh pasar dalam memperkenalkan barang
produksinya, penyedia jasa kendaraan bermotor butuh harga Bahan Bakar
Minyak yang terjangkau, pengusaha kecil butuh modal dengan bunga yang
kecil pula, pengelola tempat wisata butuh fasilitas infrastruktur yang
baik agar mudah diakses para wisatawan.
Tempat wisata
yang bertumpah ruah hasil bumi yang melimpah, di lampung selatan
merupakan sebagian kecil penopang Pendapatan Daerah ditambah lagi dengan
banyaknya perusahaan besar yang berdiri tegak di lampung selatan namun
potensi tersebut tidak terkelola dengan baik, semestinya dengan melihat
potensi tersebut kesejahteraan masyarakat bisa terjamin,
Namun
realitanya semua itu tidak mampu mengakomodir kebutuhan rakyatnya
karena, para pejabat kebanyakan hanya berebut kekuasaan, pedulinya para
penguasa terhadap rakyat ini datang ketika momen-moment akhir masa
jabatan (kampanye) yang bisa dikatakan adalah perbuatan picik yang
selama ini diterapkan.
Lima tahun masa
kepemimpinan adalah waktu yang cukup ideal untuk melakukan perbaikan
khususnya di Lampung Selatan, realitas yang terlihat dihari ini dengan
berbagai pembangunan dan fasilitas yang ada membuktikan bahwa inilah
hasil dari kerja keras selama lima tahun.
Apakah kita sudah maju saat ini...???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar