Selasa, 14 Juni 2016

CATATAN; MENJELANG PESTA RAKYAT 09 DESEMBER 2015


Oleh: Randy Fatra 

Suara Lamsel, Beberapa kandidat bertarung untuk mendapatkan posisi yang strategis dengan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan perhatian publik.

Individu yang tidak pernah tahu dengan keadaan obyektib didaerah tersebut mulai bertarung memperebutkan posisi kepala daerah tanpa memperhatikan dan menganalisa terlebih dahulu adat budaya, ekonomi, sosial dan politik didaerah tersebut.
Sehingga hasil pertarungan tersebut menghasilkan seorang pemimpin yg haus akan kekuasaan, rakyat dipaksa untuk beradaptasi dengan individu-individu yang antah berantah asalnya. Diperparah dengan sistem pemerintahan yang bobrok...

Kekuatan otoriter pemerintahan soeharto 32 tahun berkuasa kini berubah wujud, proses dialegtis yang selalu dinamis dengan mengatasnamakan demokratik namun dalam perjalanannya benih-benih otoriter tetap tumbuh dan berbuah didalamnya. Kultur politik yang negatif bersifat manipulatif terus berkembangbiak ditatanan pemerintah sampai ditingkatan yang paling rendah.
Lampung Selatan terbilang memiliki usia yang cukup dewasa namun dalam perjalanannya ada sebuah realita terpampang jelas yang bisa kita lihat dengan kasat mata bahwa tidak terlihat sedikitpun kemajuan di Lampung Selatan. 
Kemajuan yang dilihat bukan dari konteks bangunan yang megah, gedung tinggi ataupun monumen yang indah namun kemajuan dalam tingkat kesejahteraan rakyatnya, untuk apa rumah sakit mempunyai fasilitas yang megah tapi masyarakatnya tidak bisa berobat karena mahalnya biaya berobat, apa gunanya sekolah mewah tapi banyak anak-anak putus sekolah karena mahalnya biaya pendidikan, 

Dan untuk apa pembangunan infrastruktur kota yang modern jika infrastruktur jalan di desa-desa tidak bisa terakses karena kondisi jalan rusak parah serta untuk apa adanya perusahaan jika gaji buruhnya kecil yang hanya cukup untuk makan.

Tak bisa membiayai sekolah anak, dan berobat kedokter. Kemajuan yang dipaksakan dengan konteks pembangunan kota modern hanya akan menambah tingkat kemiskinan dan bertambahnya jumlah pengangguran sehingga menjauhkan masyarakat dari kata sejahtera.
Masyarakat tak butuh kota modern, yang mereka butuhkan adalah keadilan, petani butuh pupuk bersubsidi yang tidak langka, butuh bibit yang murah dan ketetapan harga hasil pertanian, buruh (buruh pabrik, karyawan toko, guru, jurnalis, dan penghasilan masyarakat yang diupah) butuh gaji yang cukup guna menghidupi keluarganya, para pengrajin butuh pasar dalam memperkenalkan barang produksinya, penyedia jasa kendaraan bermotor butuh harga Bahan Bakar Minyak yang terjangkau, pengusaha kecil butuh modal dengan bunga yang kecil pula, pengelola tempat wisata butuh fasilitas infrastruktur yang baik agar mudah diakses para wisatawan.

Tempat wisata yang bertumpah ruah hasil bumi yang melimpah, di lampung selatan merupakan sebagian kecil penopang Pendapatan Daerah ditambah lagi dengan banyaknya perusahaan besar yang berdiri tegak di lampung selatan namun potensi tersebut tidak terkelola dengan baik, semestinya dengan melihat potensi tersebut kesejahteraan masyarakat bisa terjamin, 

Namun realitanya semua itu tidak mampu mengakomodir kebutuhan rakyatnya karena, para pejabat kebanyakan hanya berebut kekuasaan, pedulinya para penguasa terhadap rakyat ini datang ketika momen-moment akhir masa jabatan (kampanye) yang bisa dikatakan adalah perbuatan picik yang selama ini diterapkan. 
Lima tahun masa kepemimpinan adalah waktu yang cukup ideal untuk melakukan perbaikan khususnya di Lampung Selatan, realitas yang terlihat dihari ini dengan berbagai pembangunan dan fasilitas yang ada membuktikan bahwa inilah hasil dari kerja keras selama lima tahun.
Apakah kita sudah maju saat ini...???

Pertanyaan yang timbul ketika kita melihat pembodohan dan pengkerdilan yang terjadi dilingkungan masyarakat dengan tidak membedakan antara sikaya dan simiskin ataupun sibodoh dan sipintar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERKINI